Menanti Ujung
Seorang teman bercerita tentang perjaka tampan di ibukota. Memang, tak sesempurna aktor muda indonesia yang kaya karena kariernya, menikahi wanita cantik, dan mapan. Tapi perjaka yang diceritakan teman saya ini juga bukan orang biasa.
Tampangnya yang rupawan, mapan, pergaulan yang luas, dan tentunya sangat berbakti kepada orang tuanya. Sayang, ada suatu hal yang membuatnya putus asa. Cintanya tidak berujung bahagia. Berkali kali mencari, berkali kali juga kehilangan. Berulang kali membangun relasi, berulang kjali juga di campakan.
Keputus-asaannya ini akhirnya diceritakannya pada ibunya, sehingga membuat ibunya juga patah hati.
"Ibu" tuturnya sendu, " Aku tak tahu apa yang sudah terjadi. Semua telah aku lakukan, tapi semuanya juga gagal. Maka bebaskan lah aku dari harapanmu untuk memiliki cucu dari ku. Sekarang aku mau mengabdikan hidupku untuk Tuhan saja, Aku mau hidup selibat( tidak menikah)
Sang ibu terdiam, tergugu mendengar penuturan anaknya yang putus asa total. kehilangan harapan dalam kepedihan, kemudian ibunya membiarkan anaknya larut dalam kepedihan. Dalam hati dia memanjatkan doa tulus untuk menolong anaknya. Doa yang akhirnya mengubah segala galanya.
perjaka yang saya ceritakan itu sekarang hidup bahagia. Hanya beberapa bulan setelah pernyataan keputus asaannya kpd ibunya, dia dikenalkan pada seorang gadis. Dan gadis itu juga memenuhi segala kriterianya. tak sampai setahun dia sudah merasa cocok dan melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Terowongan gelap itu telah ia lewati, dan ada cahaya di ujungnya. Memang, tak semua kita seberuntung perjaka itu. Ada kalanya kita frustasi menanti sinar di ujung lorong yang kita lalui, tapisinar itu tak kunjung terlihat. Sementara dada ini sudah sesak berlama lama di terowongan gelap gulita. Adalah pilihan kita untuk memutuskan cahaya itu ada atau tidak, Bersabar sampaibenar benar di ujung terowongan dengan ketidak adaan sinar dan akhir yang heppy ending.
Tapi, bukankah hidup ini baru terasa hidup dan menarik karena misteri misterinya.
Tampangnya yang rupawan, mapan, pergaulan yang luas, dan tentunya sangat berbakti kepada orang tuanya. Sayang, ada suatu hal yang membuatnya putus asa. Cintanya tidak berujung bahagia. Berkali kali mencari, berkali kali juga kehilangan. Berulang kali membangun relasi, berulang kjali juga di campakan.
Keputus-asaannya ini akhirnya diceritakannya pada ibunya, sehingga membuat ibunya juga patah hati.
"Ibu" tuturnya sendu, " Aku tak tahu apa yang sudah terjadi. Semua telah aku lakukan, tapi semuanya juga gagal. Maka bebaskan lah aku dari harapanmu untuk memiliki cucu dari ku. Sekarang aku mau mengabdikan hidupku untuk Tuhan saja, Aku mau hidup selibat( tidak menikah)
Sang ibu terdiam, tergugu mendengar penuturan anaknya yang putus asa total. kehilangan harapan dalam kepedihan, kemudian ibunya membiarkan anaknya larut dalam kepedihan. Dalam hati dia memanjatkan doa tulus untuk menolong anaknya. Doa yang akhirnya mengubah segala galanya.
perjaka yang saya ceritakan itu sekarang hidup bahagia. Hanya beberapa bulan setelah pernyataan keputus asaannya kpd ibunya, dia dikenalkan pada seorang gadis. Dan gadis itu juga memenuhi segala kriterianya. tak sampai setahun dia sudah merasa cocok dan melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Terowongan gelap itu telah ia lewati, dan ada cahaya di ujungnya. Memang, tak semua kita seberuntung perjaka itu. Ada kalanya kita frustasi menanti sinar di ujung lorong yang kita lalui, tapisinar itu tak kunjung terlihat. Sementara dada ini sudah sesak berlama lama di terowongan gelap gulita. Adalah pilihan kita untuk memutuskan cahaya itu ada atau tidak, Bersabar sampaibenar benar di ujung terowongan dengan ketidak adaan sinar dan akhir yang heppy ending.
Tapi, bukankah hidup ini baru terasa hidup dan menarik karena misteri misterinya.
Post a Comment